Jumat, 03 Agustus 2012

Tak Berwujud

Coklat. Coklat merupakan salah satu barang penting saat Valentine. Namun, beberapa orang diberi Tuhan berkat "coklat" yang tak dapat mereka makan, namun amatlah berguna bagi hidup mereka. Dan salah satu guru di sekolahku mendapat berkat yang indah itu.

Bola mata coklat. Warna yang indah untuk bola mata manusia. Sepasang mata yang berpadu dengan kecantikan alami dari wajah guruku ini. Mata yang menunjukkan kepintaran, kecerdasan, dan persahabatan.

Kata orang-orang, orang yang punya mata coklat kemungkinan masih keturunan bangsa Arya. Arya berarti bangsawan atau tuan dalam bahasa Persia dan India. Dan biasanya bangsawan adalah orang-orang yang punya kepintaran tinggi, jadi cocoklah guruku itu untuk menjadi guru.

Aku mengaguminya sejak perkenalan pertamaku di kelas 7, dan benih cintaku padanya tumbuh sejalan dengan pertemuan-pertemuanku dengannya dalam pelajaran-pelajaran yang kudapat darinya. Ekonomi, Geografi, dan PKn menjadi saksi cintaku padanya.

Caranya mengajar berbeda dari guru-guru lain. Ia memperhatikan murid-murid, ia berusaha agar murid-muridnya tidak bosan dengan pelajarannya. Pernah ia mengajar dengan menyisipkan teka-teki saat mengajar. Ia juga pernah menyebutkan definisi dari suatu kata dan meminta anak-anak untuk menebak apa kata yang ingin ia katakan dengan menggunakan permainan Hang Man. Pokoknya anak-anak jadi tidak bosan saat pelajarannya.

"Ia" yang dari tadi ku sebut sebut itu bernama Ninik Fariati. Guru yang bertempat tinggal di Tipes, Solo dan mempunyai satu anak itu sangatlah baik seperti yang ku katakan tadi.
 
Mengajar tanpa beban dan memperlakukan murid-murid sebagai sahabat itulah yang membuat aku dan teman-teman menyukainya. Aku juga suka "hehehe" nya yang terkadang menjuntai di sela-sela mengajar. Apalagi temanku, Nico, sangat klop dengannya. Celetukan-celetukan mereka yang menggelitik perut menghiasi kelas dan membuat suasana menjadi hangat.

Aku hanya bisa mengucapkan "terima kasih" untuk kesan-kesan manis yang ia tinggalkan di hatiku. Aku berharap pengabdiannya di dunia sekolah dapat menjadi berkat bagi orang lain. I love you, Bu Ninik :)


Kezia Enala Joanne Liu (Celoteh di Pojok Pikiran)

"Celoteh di Pojok Pikiran"

Celoteh di Pojok Pikiran. Itulah buku yang berisi tentang kesan dan pesan dari murid-murid alumni SMP Kr. Kalam Kudus Surakarta yang terpilih tentang guru mereka. Tugas yang diberikan oleh bapak Theopilus Yudi Setiawan, guru menulis di SMP Kr. Kalam Kudus Surakarta kepada anak-anak didiknya.

Salah satu tulisan yang ada di sana merupakan tulisan yang kubuat, berjudul Tak Berwujud. Tulisan itu bercerita tentang salah satu guru yang menjadi guru favoritku selama di SMP, yaitu ibu Ninik Fariati. Beliau adalah salah satu guru yang menyenangkan, gaul, dan tidak membosankan.

Menurutku 3 tahun di SMP merupakan masa-masa yang manis, di SMP aku belajar untuk menghargai, bersosialisasi, sekaligus bersaing dalam satu kelas yang mayoritas berisi anak-anak cerdas. Di SMP aku pun menemukan sahabat-sahabatku.

Jungle Class. Komunitas di SMP Kr. Kalam Kudus yang berisi 30 anak dengan beragam karakter. Budhi, Christine, Bobby, Dea, Edwin, Gabby, Gea, Hulda, Sitta, Imelda, Pipin, Jojo, Enala, Feifei, Ela, Maria, Mery, Ivana, Nico, Oliver, Olive, Aldo, Ongky, Shanen, Tabita, Tara, Vern, Yoyo, Yosef, dan Zenia.

7A-8A-9A. 3 tahun bersama-sama sudah cukup untuk membuat hubungan kami erat. Namun kami rasa waktu 3 tahun itu kurang, karena kami masih membutuhkan satu sama lain. Tapi apa boleh buat, kami punya cita-cita dan tujuan masing-masing yang harus kami capai, sehingga kami tidak bisa bersama-sama menapakkan kaki kami di satu SMA yang sama. Tapi kami sudah menjalin janji bahwa kami tidak akan melupakan satu sama lain sehebat apa pun kami.

"Kamu sangat berarti, istimewa di hati, slamanya rasa ini.. Jika tua nanti kita tlah hidup masing-masing, ingatlah hari ini.." :)